Mengenal Jenis Investasi


Secara umum, investasi bisa dibagi dalam empat kategori utama:

(1) Investasi Surat Berharga (Paper Assets)

Investasi dalam kategori ini adalah investasi menggunakan instrumen finansial seperti reksadana, obligasi, ORI, saham, dan sebagainya. Instrumen surat berharga semacam ini diperjualbelikan di pasar keuangan (pasar modal). Untuk instrumen seperti saham atau obligasi, Anda diharuskan membuka account melalui pialang/broker untuk bisa melakukan transaksi. Sementara untuk instrumen seperti ORI atau reksadana bisa dibeli langsung dari bank atau dari agen penjual yang ditunjuk.

(2) Investasi Bisnis (Brick and Mortar)

Investasi dalam kategori ini misalnya Anda membuat bisnis sendiri atau membeli franchise yang sudah ada. Ini adalah alat investasi yang potential upside-nya tak terbatas. Orang bisa meraih kesuksesan dan kekayaan secara eksponensial dari bisnis. Tak percaya? Silakan buka daftar orang-orang terkaya di dunia versi Forbes (atau versi pemeringkat lainnya). Anda akan mendapati bahwa mayoritas orang-orang yang duduk di sana besar karena bisnis mereka.

(3) Investasi Properti (Real Estate)

Investasi properti bisa berupa tanah, rumah, ruko-rukan, maupun bentuk bangunan lainnya. Strategi investasinya secara umum bisa dibagi dua: jual-beli dan sewa. Jual-beli properti memungkinkan Anda mendapatkan gain dari selisih antara harga jual dan harga belinya. Padahal kita tahu bahwa properti (tanah) hampir selalu tak pernah turun harganya. Selain jual-beli, properti juga bisa Anda sewakan untuk mendapatkan cashflow dari tarif sewa yang Anda bebankan. Kelemahannya, investasi properti butuh dana yang cukup besar.

(4) Investasi Lain-lain

Adapun jenis investasi yang masuk kategori ini misalnya emas (logam mulia) -- salah satu instrumen investasi yang belakangan makin populer. Selain emas, sebenarnya logam mulia seperti perak atau paladium juga lazim dijadikan alat investasi. Selain itu, ada pula benda-benda seni (collectible) seperti barang-barang antik, lukisan, perhiasan, arloji premium, dan lain sebagainya yang memiliki unsur historis yang tinggi. Saya juga memasukkan anggur (wine) sebagai salah satu alternatif investasi karena harganya yang cenderung selalu naik.

Tiap orang punya keahlian dan spesialisasi masing-masing -- walaupun mungkin ada kecenderungan untuk menyukai atau mendalami jenis investasi tertentu. Misalnya, Bill Gates berinvestasi dalam bentuk bisnis (Microsoft) tapi dia juga berinvestasi dengan memborong emas dan perak di tahun 2000an. Donald Trump, selain dikenal sebagai raja properti, juga mengelola sejumlah bisnis di bidang lain.

Tapi bagaimana dengan pilihan investasi bagi kita orang kebanyakan?

Di Inggris, orang masih memilih tanah (land) -- bukan rumah (housing) -- sebagai pilihan investasi utamanya, sedangkan di Hongkong, saham adalah pilihan yang paling diminati. Sementara di New Zealand, ternyata deposito masih menjadi instrumen investasi yang paling populer.

Sementara di Indonesia, hasilnya relatif beragam. Sebagian besar orang masih menyimpan dananya dalam bentuk deposito di bank. Tapi tak sedikit juga yang memiliki investasi dalam bentuk tanah atau properti. Sedangkan untuk instrumen lain yang lebih canggih seperti reksadana atau saham, relatif masih terbatas di kalangan tertentu. Harus diakui bahwa di Indonesia masih sedikit mereka yang melek informasi sekaligus punya appetite terhadap risiko untuk bisa menjangkau instrumen-instrumen investasi semacam itu.